Sabtu, 25 Juni 2011

GOD BLESS >>( HISTORY )

GOD BLESS
Tahun 1973, Donny Fattah dan Fuad Hassan mendatangi rumah Jockie Soerjoprajogo di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Dua orang ini mengajak untuk bergabung latihan band bersama di Cibogo, Puncak, Bogor, Jawa Barat.
“Kenapa harus di puncak,” tanya Jockie.
“Supaya kita bisa mudah konsolidasi latihan selama sebulan dan waktunya bisa diperpanjang sesuai kebutuhannya. Karena juga, ada anggotanya yang dari Belanda yang berdomisili di Indonesia,” jawab Donny.
Jockie setuju. Ia akhirnya berangkat ke puncak. Tiba di sana, ternyata benar, ada dua orang yang dikatakan berasal dari Belanda. Ahmad Albar yang kemudian dikenal bernama Iyek dan Ludwig Lemans. Sebelumnya, Jockie tidak mengenal dua orang yang disebutkan terakhir.
Iyek dilahirkan di Surabaya pada 16 Juli 1964. Di Belanda, ia belajar di sekolah musik jurusan gitar klasik di Bergen OP Zon. Di sana, ia berkenalan dengan Ludwig. Berdua pernah membentuk Clover Leaf. Tujuh album dan satu piringan hitam dihasilkan. Diantaranya; Veronica, North Sea, dan Hilversum. Album ini masuk tangga lagu popular di sana. Alhasil, Clover mengadakan tur ke Jerman, Belgia, dan Luxemburg.
Sebulan lamanya, mereka latihan tanpa ada nama grup musik. Nama grup yang sempat disematkan adalah Crazy Will.

Achmad Albar bersama Goupnya " Clover Leaf"
Untuk mempertegas bukti eksistensi dari "Clover Leaf" adalah sebagai berikut ini dua dari beberapa albumnya :



Kemudian, berlima punya agenda untuk turun gunung dan ingin segera memainkan musik di Jakarta. Pada tanggal 4 dan 5 Mei 1973, konser kali pertama Taman Ismail Marzuki (TIM). Di situ, disematkan nama God Bless. Nama ini diambil dari kartu pos kiriman teman Iyek di Belanda saat latihan di puncak. Di surat itu, bagian bawahnya tertulis God Bless You (Tuhan Memberkatimu).

Konser di TIM membawakan lagu-lagu berasal dari grup band asing; Deep Purple, Grand Funk Railroad, ELP, King Ping Me, James Gang dan Genesis. Pentas itu mendapat sambutan penonton. Antusias. Walaupun belum rekaman dan hanya jago panggung, God Bless mulai dikenal pengemarnya sebagai band rock papan atas saat itu. Tak lama, Ludwig akhirnya kembali ke Belanda. Iyek tetap di Indonesia.
Setelah Ludwig pulang, posisi gitar digantikan Soman Lubis. Nahasnya, pada tahun 1974, Soman dan Fuad Hassan meninggal dunia. Tabrakan mobil di dekat Tugu Pancoran, Jakarta Selatan. Keadaan diperburuk lagi dengan pengunduran diri Jockie. Kepada saya Jockie mengakui, dirinya sosok anak muda yang nakal. “Gue dulu pemakai Narkoba...Bukan cuma itu saja, gue orang yang nggak bisa diam. Mau cari suasana untuk terus berekspresi. Nggak cuma di God Bless aja.”
Tak ada Jockie, God Bless hanya sesekali saja mentas. Personilnya tinggal Iyek dan Donny. Akhirnya, sejumlah musisi dilibatkan untuk konser panggung. Antara lain Deddy Stanzah, Rudi Gagola, Abadi Soesman, Dodo Zakaria, Oding, Debby, Keenan Nasution.
Semuanya tidak ada yang cocok bermain di God Bless. Abadi Soesman mengundurkan diri. Ia ingin bermain musik lagi di aliran Jazz. God Bless seakan hilang dari peredaran. Iyek dan Donny menemui Jockie untuk bergabung kembali di God Bless.
“Kalau saya masuk lagi, siapa yang mau main drum ama gitarnya,” tanya Jockie.
“Ada nggak yang kira-kira main sama kita,” tanya balik Iyek.
“Kalau di Jakarta, sulit. Kalau di Malang, mungkin ada.”
“Siapa ya? Iyek lagi bertanya.
“Cobalah nanti saya tanya dulu orangnya, mau nggak ke Jakarta,” kata Jockie Soerjoprajogo. Donny dan Iyek akhirnya memercayai Jockie mencari pemain baru God Bless.
Di Malang, Jawa Timur, Jockie tidak kesulitan untuk mencari pemain band. Di sana, ia banyak kenal kelompok musik, ada Jaguar, Bentoel dan lainnya. Ia dipertemukan dengan seorang lelaki bernama Ian Ling, lelaki keturunan Tionghoa yang dikenal dengan panggilan Ling sebagai gitaris di kelompok Bentoel. Ling setuju.
Jockie menanyakan ke Ian untuk pemain drum. “Teddy Sujaya aja, pemain drum gue,” saran Ian. Teddy pemain drum di kelompok Bentoel. Kelompok ini berada dalam perusahaan rokok Bentoel.
Kemudian bertiga berangkat ke Jakarta dan menginap di rumah Jockie. Esoknya, langsung dikenalkan ke Iyek dan Donny. Pada umumnya orang Tionghoa mengubah namanya jadi Indonesia. Situasi politik Orde Baru tidak berpihak kepada warga Tionghoa, ganti nama jadi cara untuk menaturalisasi identitas. Akhirnya Ling mengganti namanya menjadi Ian Antono.
“Gue nginapnya pindah-pindah. Kadang di rumah Jockie, di rumah Donny, sering juga di rumah Iyek. Pokoknya, nggak netap gitu,” ujar Ian.
Bergabungnya Ian dan Teddy, God Bless akhirnya mulai mengibarkan kembali benderanya. Formasinya; Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, Jockie Suryoprayogo dan Teddy Sujaya. Latihan dilakukan di rumah Jockie.
Tahun 1975, mereka mentas lagi di TIM, Jakarta. Konser ini, God Bless buat atraksi dan sebagai warna kreatifitas dari kelompok ini. Di sela lagu, tiba-tiba lampu dipadamkan. Gelap. Tak lama kemudian, satu lampu sorot mengarah ke peti mati di sudut panggung.
Peti terbuka. Kemudian keluar hantu berpakaian putih dengan ikat kepala, pocong. Sosok yang memerankan pocong adalah Jose Rizal Manua yang kini menjadi penyair. Semua penonton kaget. Sebagian kabur.
Konser ini juga yang membuat mereka tertawa. Ceritanya, esok harinya, harian Sinar Harapan memuat karikatur yang menggambarkan malaikat yang sedang berteriak dan mengajak malaikat lainnya untuk turun ke bumi. Akhirnya, malaikat berbondong datang ke TIM. “Ada God Bless mau bikin siraman rohani,” kenang Jockie.
Di karikatur itu, malaikatnya pada kabur. Dan ada tulisan, “Ini bukan siraman ronani, ini setan,” tiru Jockie. Tertawa.

**********
God Bless mulai kondang. Pada 1975, almahum Sjoemandjaja, menawarkan mereka membuat lagu Indonesia. Tidak lagi menyanyikan lagu grup asing melulu. Sjoemandjaja memberikan beberapa lirik lagunya agar dijadikan musik untuk filmya. Liriknya berjudul Laela Majenun dan Si Doel Anak Betawi.

Lirik karya Sjoemandjaja digarap jadi musik. Kali pertama itulah God Bless membawakan lagu Indonesia. Dari situ, perusahaan rekaman kaset bernama Pramaqua –perusahaan gabungan Prambors dengan Aquarius- mendekati God Bless untuk masuk studio rekaman.
God Bless setuju. Mereka akhirnya meluncur ke studio rekaman Tri Angkasa yang terletak di Jalan Hang Tuah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan berdera PT. Pramaqua.
Album perdananya bertajuk Huma di Atas Bukit. Formasinya, Iyek, Ian, Donny, Teddy, dan Joeckie. Di tahun yang sama, God Bless mendapat kehormatan menjadi band pembuka ketika grup terkenal asal Inggris Deep Purple bertandang ke Jakarta.
Lima tahun kemudian, tahun 1980 barulah meluncurkan album keduanya bertajuk Cermin. Rekaman berlangsung di J.C Record. Jockie keluar dan digantikan oleh Abadi Soesman yang sudah bergabung sejak tahun 1979. Abadi ikut terlibat pembuatan album. Nasib album ini tak beruntung dari segi komersial di Indonesia. Gagal. Tetapi mendulang sukses di Malaysia dan Singapura.
Dua tahun kemudian, Abadi mengundurkan diri. God Bless seakan hilang dari peredaran. Semua personil sibuk bersolo karier. Donny Fatah berangkat ke Amerika Serikat sejak tahun 1981 dan kembali tahun 1984. Sekembalinya Donny, Iyek menyarankan God Bless berkumpul lagi.
Jockie diajak untuk bergabung kembali. Log Zhelebour turut membantu untuk mempertemukan dan mengaktifkan kembali God Bless. Program pertamanya adalah masuk ke studio rekaman untuk album barunya.
Tahun 1988, meluncurlah album ketiga bertajuk Semut Hitam. Rekaman dilakukan di studio Musica. Produsernya Log Zhelebour, ‘bankir’ yang membiayai seluruh rekaman God Bless sampai konser-konsernya. Album ini meledak di pasaran dengan penjualan 600 ribu kaset dan merupakan prestasi yang luar biasa untuk ukuran rock kawasan nasional bahkan ASEAN di masa itu.
Lagu semut hitam diciptakan oleh Donny. Kepada saya ia mengatakan, lagu ini spontan dibuatnya. Ia hanya ingin menyimbolkan bahwa semut adalah sosok binatang yang mempunyai jiwa toleransi kepada sesamanya. “Binatang ini kelihatannya sederhana tapi punya toleransi yang tinggi. Begitu seharusnya manusia,” ujarnya.


Lirik Semut Hitam;


semut-semut hitam yang berjalan
melintasi segala rintangan
satu semboyan di dalam tujuan
cari makan lalu pulang
yok .. ikut langkah yang terdepan

yok .. ikut ke kiri ke kanan
semut-semut seirama
semut-semut yang senada
nanyikan hymne bersama
makan ! makan ! makan !

**********
Setahun kemudian di penghujung tahun 1989, Log kembali menawarkan membuat album baru. God Bless sepakat mengatur jadwal latihan. Ironisnya, Ian Antono keluar saat God Bless akan rekaman album keempatnya.
Ceritanya, semua personil sedang mempersiapkan album Raksasa di studio rekaman MMM studio di Jalan Juanda, Jakarta Pusat. Selama tiga hari, setting alat musik dan rekaman sedang dipersiapkan. Di hari keempat saat akan mulai rekaman, tiba-tiba ada sepucuk surat dari Ian Antono. Isi surat itu; “Terpaksa dengan berat hati, saya mengundurkan diri dari God Bless.”
“Gue mundur nggak serta merta mundur gitu aja. Sebenarnya udeh lama gue ungkapin masalahnya,” ujar Ian.
“Ya...gue mau mau main solo aja" ujra Ian. Kalau nggak salah, Ian sIibuk di album Mata Dewa bersama Iwan Fals sama orbitin penyanyi Nicky Astria.”
Saat pengunduran diri Ian, semua personil God Bless kaget. Bingung dengan surat dadakan itu. Iyek kemudian menanyakan ke Jockie, “Gimana nih?”
“Sekarang harus dipastiin dulu, soal Ian gimana nih. Kalau nggak ada penyelesaian, kita tetap terusin aja,” jawabnya.
“Kalau kita mau terusin, siapa yang main gitar,” kata Iyek.
“Kita cari aja dulu pemain addition. Pokoknya kita harus jalan dulu buat rekaman,” kata Jockie.
Jockie sempat mengusulkan temannya asal Filipina bernama Robin yang bermain gitar di grup Progresif. Semua setuju. Namun tiba-tiba Log memanggil semua personil God Bless tanpa Robin.
“Nih repot juga kalau Robin dilibatkan God Bless,” ujar Log.
Log khawatir masuknya robin akan bermasalah proses hukumnya dengan pihak imigrasi. Karena, Robin datang ke Indonesia dengan visa kunjungan, bukan visa kerja. Dengan terpaksa, Robin akhirnya dibatalkan bergabung. Jockie diminta lagi untuk mencari penggantinya.
“Bukan saya yang putuskan tentang Robin . Tapi God Bless, saya cuma ngasih saran terbaik saja,” ujar Log.


Dalam pertemuan itu, Jockie mengusulkan pemain gitar bernama Eet Syahranie. Saat itu, Eet sudah bergabung dengan Faridz RM dalam grup WOW dan Cynomadeus. Di GIN Studio, Jockie menemui Eet untuk diajak bergabung. Ketika disebutkan nama God Bless, Eet kaget. Ia langsung menerima ajakan itu. Rekaman album Raksasa sukses sebagai album keempat.

**********


God Bless mulai menyambangi berbagai kota di Indonesia seiring keberhasilan album Semut Hitam dan Raksasa. Konser yang digelar secara spektakuler meraih sukses besar. Sayangnya, Log sebagai produser langsung menghentikan konser di sisa beberapa kota lagi.
Kepada saya Log mengatakan, penghentian konser karena personil God Bless tiba-tiba punya kesibukan masing-masing. Ia kecewa. Karena di tengah jalan, justru membuat kelompok. Ian Antono, Iyek, dan Donny Fatah membentuk GONG 2000 dan Jockie Soerjoprajogo sibuk dengan KANTATA TAKWA dan SWAMI.
“Itulah God Bless, cuma sekedar kelompok lihat tampang ke pengemarnya saja Kalau ada yang lebih baik, mereka seenaknya saja mengabaikan God Bless. Seenaknya saja, mengacak-acak jadwal konser,” ujar Log
“Karena tidak konsisten itu, saya akhirnya putuskan, lebih baik dihentikan saja konsernya.”
Pembentukan Gong 2000, kata Iyek, tidak ada hubungannya dengan God Bless. “Kita mendukung Ian untuk membentuk Gong 2000. Apalagi cuma sampai tahun 2000 saja. God Bless jalan dan Gong 2000 tetap jalan.” Personilnya, Ian, Iyek dan Donny, dan melibatkan Abadi Soesman serta Yaya Moekti.
Saat itu, Ian tidak bergabung dengan God Bless. Gong 2000 dikerjakan karena kerja samanya dengan perusahaan rokok, Djarum. “Makanya, namanya Gong 2000. Perjanjiannya memang sampai tahun 2000 saja,” kata Ian. Kelompok ini dibubarkan oleh Ian Antono di penghujung tahun 2000.
Di sela tahun itu, God Bless tak terdengar kabar. Semua personilnya kembali sibuk masing-masing. Tahun 1997, Iyek berupaya mempertemukan kembali personil God Bless dan membicarakan rekaman lagi. Di pertemuan itu, tanpa kehadiran Ian Antono. Iyek menyarankan agar Ian Antono kembali diajak bergabung.
Jockie setuju dengan rekaman tapi bingung dengan saran Iyek tentang Ian Antono untuk diajak bergabung. “Loh…jadi bagaimana dengan Eet, apa kita harus pakai dua gitaris,” tanya Jockie.
“Ya..nggak apa-apa. Kita pakai dua gitar aja,” ujar Iyek.
Jockie sempat menentang rencana dua gitar. Dalam pertemuan itu, Eet langsung mengatakan, “Nggak apa-apa mas, tidak masalah dua gitar. Nanti biar mas Ian yang di depan, saya bantu di belakang saja,” ujar Eet.
Akhirnya, semua personil bertemu di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Dalam pertemuan itu, God Bless meminta Log Zhelebour untuk kontrak dua album sekaligus. Log Setuju. Di sana, mereka melangsungkan latihan selama dua bulan. Dan akhirnya turun gunung lagi. Hasilnya, hadir album Apa Kabar. Duo gitaris menjadi andalannya, Eet dan Ian.
Formasinya, Iyek, Donny, Jockie, Eet Syahranie, Teddy, dan Ian. Di album ini, mereka akan kembali menyapa pengemarnya dalam tur ke lima kota. Nahas, rencana tur keliling Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina, harus kandas lantaran di tahun 1998, Indonesia terkena krisis moneter dan banyak terjadi huru - hara.
Waktu itu, nilai mata uang Indonesia atas dollar Amerika tiba-tiba melonjak dahsyat. Dari angka Rp2500 terus merambat hingga mencapai Rp12 ribu. Semua harga kebutuhan pokok ikut naik. Aksi unjuk rasa menentang pemerintah Soeharto dengan antek orde barunya, berlangsung di seluruh negeri. Soeharto akhirnya mundur dari kekuasaannya, 11 Mei 1998.
Lagi-lagi, vakum. Tahun 1999, Log akhirnya menemui Jockie agar God Bless menyelesaikan album kedua yang pernah disepakati di Puncak. Jockie setuju. Ia akhirnya menemui pesonilnya secara personal. Ia mendatangi Ian Antono, Iyek, Donny Fattah, dan Teddy. Semuanya sepakat untuk kembali rekaman.
Hanya Eet yang menolaknya. Ia ingin konsentrasi memperkuat grupnya EDANE yang sudah dibentuk sejak tahun 1992. Grup ini sudah meliris album perdananya berjudul, The Beast. Mundurnya Eet, formasi God Bless kembali ke awal lagi. Akhirnya, tempat latihan yang disepakati di studio milik Jockie.
Kesepakatan untuk rekaman lagi setelah album Apa Kabar, kandas di tengah jalan. Iyek secara tiba-tiba tidak datang. Padahal, rekaman untuk musik sudah selesai. Tinggal isi vokal Iyek saja.
“Jock, mendingan elu panggil deh si Iyek dan kita rapat. Kita tuntasin aja masalah ini gimana maunya?” saran Ian.
“Kenapa bukan elu aja yang ngomong,” tanya balik Jockie kepada Ian.
“Gue udeh nggak bisa ngomong. Gue udeh nggak sanggup,” jawab Ian.
Akhirnya, Jockie setuju memanggil Iyek. God Bless rapat. Hasilnya, tidak ada kesepakatan. Log akhirnya turun tangan agar masalah bisa segera diselesaikan. Namun, Jockie sudah menyatakan mengundurkan diri. “Saya sudah tidak sanggup,” ujar Jockie.
“Kita stop album itu, karena tipe lirik dan arasemen musiknya tidak lagi punya warna untuk God Bless. Tidak ada persoalan pribadi. Hanya itu saja masalahnya,” papar Donny Fatah.
“Yang kita inginkan, album itu dirombak. Tapi hasilnya, nggak ada kesepakatan. Ya...akhirnya tidak dilanjutin,” ujar Donny lagi.
Iyek juga menyatakan sama. Kepada saya ia mengatakan, persoalan yang terjadi saat itu adalah, arasemen musik seenaknya saja diubah oleh Joecky. Bayangkan saja, kata Iyek, saat latihan sudah siap, tiba-tiba besoknya arasemen sudah diubah. “Joecky seenaknya mengubah arasemen ciptaan Ian atau ciptaan personil lain. Kalau ciptaan Joecky yang di ubah, kita tidak permasalahkan,” ujar Iyek.
Log akhirnya tidak berbuat apa-apa. Padahal, ia sudah membayar kontrak untuk semua personil God Bless. Dari sepuluh lagu, baru lima lagu yang selesai. Masternya ada di perusahaan miliknya berbendera Logiss Record. “Mungkin ada perselisahan paham saja antar personil. Dalam kontraknya, Eet juga sudah masuk. Ia sudah mengambil uang muka,”
“Silahkan saja kalau God Bless pengen bikin album di tempat lain. Tapi, kembaliin dulu dong duit yang sudah dibayar,” ujar Log.
“Saya sudah cukup pengertian dengan God Bless. Tapi, mereka saja yang mau seenaknya. Saya tunggu saja, kapan mereka tuntaskan tanggung jawabnya.”
Donny membatah pembayaran itu. Begitupun Iyek dan Ian. Kata Donny, kontrak dengan Log memang hanya sebatas album Apa Kabar. “Jadi, otomotis, kontrak sudah tidak berlaku lagi. Walaupun album tertunda itu akhirnya berhenti di tengah jalan,” ujar Donny.
Di era tahun 2000-an, God Bless kembali memperlihatkan eksistensinya sebagai grup rock. Tak ayal, tanpa meliris album baru lagi mereka tetap tampil. Sayangnya, era kejayaan baru pasca-reuni itu tak berlangsung lama. Jockie dan Teddy mundur.
Nasibnya God Bless ditangan sisa personilnya, Iyek, Donny dan Ian. Kemudian Abadi Soesman, Iwang dan Inang dirangkulnya. Tapi tak lama. Kedua nama terakhir, mengundurkan diri. Kemudian diganti Yaya Moektio.
Dari berdirinya tahun 1972 hingga kini, cuma punya lima album. Yaitu; God Bless (1975), Cermin (1980), Semut Hitam (1988), Raksasa (1989), dan Apa Khabar (1997), dan sebuah album yang diaransemen ulang, The Story of God Bless (1990).
God bless termasuk band yang memelopori banyak warna di musik Rock Indonesia. Itu diiyakan Log Zhelebour. Sayangnya, kata dia, personilnya egoistis semua. Untuk membentuk kelompok band yang solid, memang agak kacau. Dirinya sudah lelah. “Istilah orang itu, sudah patah semangat. Sudah keburu tua. Waktunya ke buang sia-sia. Hanya untuk rapat, ngobrol tapi tidak bekerja,” ujarnya.
“Kalau dibandingkan dengan band lain, jauh. Band lain produktif dan taat dengan manajemen. Mereka jalankan dengan senang hati dan sebagai karier profesinya. God Bless banyak buang waktu dan tidak cocok dengan hasilnya.
Iyek mengatakan, “God Bless tidak punya manajemen. Log hanya sebagai produser. Pikirannya bisnis. Tidak bisa disamakan dengan yang lain. God Bless adalah God Bless.”
“God Bless hanya dijadikan tonggak sejarah musik rock. Mereka hanya mencari popularitas. Setelah sukses, akhirnya mereka mencari kerja sampingan. Karena, masing-masing punya kelompok sendiri-sendiri,” Kata Log.
“Ada rencana album tertunda ini dibuat kembali?”
Log mengatakan, semuanya diserahkan kepada God Bless. Ia hanya meminta kesadaran mereka saja. Mau diberesin atau tidak, kata Log, kesadaran mereka sendiri. “Mereka udeh tua dan tidak bisa dipaksa,. Yang penting kewajiban soal dana sudah saya bereskan. Dan kebutuhan mereka sudah dibayar. Kalau mereka tidak menuntaskan, saya tidak memaksa.”
Soal album itu, Iyek mengatakan, album tertunda itu tidak akan pernah dilanjutkan. God Bless, kata dia, akan membuat lirik album yang baru lagi. “Musiknya sudah berubah. Ciri khas God Bless pada album tertunda itu, sudah tidak menarik lagi. Dan kita sepakat, album tertunda itu tidak usah dilanjutkan lagi.”
Vakum dan tak ada album, terus melanda grup rock ini. Pada Juli 2002, Iyek menyatakan God Bless bangkit lagi dengan formasi baru melibatkan Gilang Ramadhan dan Abadi Soesman. Iyek mengajak dua punggawanya, Ian Antono dan Donny Fattah untuk membangkitkan nama besar God Bless. Formasi kali ini Achmad Albar (vokalis), Ian Antono, (gitar), Donny Fatah (bass), Abadi Soesman (keyboard) dan Gilang Ramadhan (drum). Hingga kini, album belum ada dan hanya tetap jago panggung lagi.


Sebelum terdengar kabar Iyek berurusan dengan hukum dan masuk bui karena kasus kepemilikan narkoba, pada pertengahan tahun 2006 saya menyempatkan diri untuk menonton God Bless di alun-alun Yogyakarta, pada saat itu saya masih kuliah di Jogja. Malam itu PAS band juga berada satu panggung dengan God Bless. Konser musik yang cukup melelahkan membuat saya berkeringat dan cukup mabuk, tapi malam itu saya cukup puas untuk sebuah penantian yang bertahun-tahun lamanya hanya untuk menonton God Bless karena disaat era kejayaannya umur saya masih terlalu kecil untuk menonton pertunjukkan musik rock yang notabene seringkali diwarnai kerusuhan, walaupun penampilan Iyek cs sudah tidak segahar dan se-rock dulu lagi paling tidak konser mereka malam itu bisa menjadi nostalgia pribadi buat saya. LONGLIFE GOD BLESS!!!

God bless you

Rabu, 22 Juni 2011

BIOGRAFI IWAN FALS

IWAN FALS


Iwan Fals lahir di Jakarta 3 September 1961 dengan nama VIRGIAWAN LISTANTO , semasa kecilnya dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.

Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.

Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Kripdan diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.

Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.

Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara. Beberapa konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.

Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror. Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.


Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personil SWAMI.

Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.


Keluarga

Iwan lahir dari Lies (ibu) dan mempunyai ayah Haryoso almarhum (kolonel Anumerta). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani.

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.

Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).

Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anissapada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.

Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.

Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis. Iwan Fals juga lebih banyak membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.

Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Rayya Rambu Robbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.

Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.

Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rossana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.

KETIKA Galang lahir pada 1 Januari 1982 si bapak, yang perasaannya campur-aduk karena pertama kali merasakan diri jadi ayah-merasa harus bertanggung jawab, merasa mencintai, heran, bahagia, bangga punya keturunan dan sebagainya-menciptakan lagu berjudul Galang Rambu Anarki. Lagunya cukup terkenal dan masuk album Opini (1982).


Galang tumbuh jadi anak cerdas. Endi Aras sering main tembak-tembakan dengan Galang. Muhamad Ma'mun punya karakter rekaan yang sering diceritakannya pada Galang. Namanya "Gringgrong"-seorang jagoan "kayak Tarzan" yang bisa mengalahkan harimau, naik kuda, dan mengalahkan musuh. Tiap kali Ma'mun datang menginap, cerita Gringgong ditagih Galang. Di Condet hanya ada dua kamar, "Kalau saya nginep, Galang tidur sama bapaknya," kata Ma'mun.

Ketika beranjak remaja, Ma'mun melihat Galang badannya bagus, berbentuk. Galang bukan tipe anak hura-hura. Kalau minta uang paling buat bayar taksi pergi ke sekolah. "Untuk beli-beli dia nggak punya uang," kata Iwan. Galang juga besar tekadnya. Suatu saat Galang, yang belum bisa menyetir mobil dan tak punya surat izin mengemudi, ingin bisa mengendarai mobil. Solusinya? Galang mengendarai mobil sekaligus dari Jakarta ke Pulau Bali!

Tapi kekerasan Galang suatu hari membuat Iwan angkat tangan. Dia datang ke Ma'mun, "Mas gimana nih, Galang nggak mau sekolah lagi?" "Terus maunya apa?" "Embuh, main musik atau buka bengkel."

Galang memutuskan keluar dari SMP Pembangunan Jaya di Bintaro, yang terletak dekat rumah dan termasuk salah satu sekolah mahal di Jakarta. Iwan sering pindah rumah dan waktu itu tinggal di Bintaro. Hingga Leuwinanggung ia sudah pindah rumah 12 kali. Usia Galang 14 tahun dan sedang memproduksi rekamannya yang pertama bersama kelompok Bunga. Iwan tak bisa berbuat banyak dan membiarkan Galang putus sekolah.

Galang pernah juga kabur meninggalkan rumah. Dalam pelarian, menurut Iwan, Galang melihat poster dan foto papanya di mana-mana. "Dia merasa diawasi," kata Iwan. Galang merasa tak bisa lari dan kembali ke rumah. Suatu saat Iwan curiga. Iwan bertanya, "Lang, lu pakai ya?" "Mau apa tahu, Pa?" kata Galang, ditirukan Iwan.

Iwan menganggap dirinya sudah insyaf. Kok Galang yang memakai? Iwan merasa Galang meniru papanya. Mula-mula rokok lalu obat. Endi Aras mengatakan Iwan agak teledor kalau menyimpan ganja atau merokok.

Galang menerangkan dia hanya mencoba. Rasanya pusing serta teler. "Ya udah, kalau sudah tahu ya udah," kata Iwan. Kebetulan Galang punya pacar, seorang cewek gaul bernama Inne Febrianti, yang juga keberatan Galang memakai obat-obatan. Inne mendorong Galang tak memakai obat-obatan. "Dia bukan pemakai. Dia sangat cinta pada keluarganya. Kontrol diri sangat kuat," kata Iwan.

Kamis malam 24 April 1997 sekitar pukul 11:00 malam Galang pulang ke rumah, setelah latihan main band. Dia makan lalu pamit pada papanya mau tidur. Mamanya lagi tak enak badan. Iwan masih mendengar Galang telepon-teleponan. Subuh sekitar 4:30 Kelly Bayu Saputra, sepupu Galang yang tinggal di sana, mau mengambil sisir di kamar Galang. Kelly memanggil Galang tapi tak bangun. Kelly mendekati Galang dan menggoyang-goyangkan badannya. Lemas. Kelly kaget. Dia mengetuk kamar Yos. Yos bangun dan menemukan Galang badannya dingin. "Saya turun ke bawah, panggil Iwan," kata Yos.

Keluarga heboh. Iwan terpukul sekali. Pagi itu saudara-saudaranya datang. Mereka menghubungi semua kerabat dan teman. Leo Listianto, adik Iwan, menelepon Ma'mun di Karawaci. "Saya masih tidur, antara percaya, tidak percaya," kata Ma'mun. Sepuluh menit kemudian, Ma'mun ditelepon Dyah Retno Wulan, adiknya Leo, biasa dipanggil Lala, juga memberitahu Galang meninggal. "Saya bengong," kata Ma'mun. Dia segera menuju Bintaro.

Fidiana menerima telepon dari Ari Ayunir. Fidiana membangunkan Iwang Noorsaid, suaminya, "Wang, ini ada berita duka ... Galang meninggal." Mereka agak tak percaya karena beberapa hari sebelumnya pasangan ini bertamu ke Bintaro dan melihat Galang mondar-mandir. Mereka mencoba telepon ke Bintaro tapi nada sibuk. Mereka menelepon Herri Buchaeri, Endi Aras, dan beberapa rekan lain sebelum naik mobil ke Bintaro.


Endi Aras mengatakan, "Pagi-pagi aku dapat kabar. Iwang Noorsaid yang telepon." Endi sampai di Bintaro sekitar pukul 5:30. "Aku ikut memandikan (jasad Galang)," kata Endi. Ketika Iwan memandikan jasad anaknya, dia berujar berkali-kali, "Galang, kamu sudah selesai, Papa yang belum ... Lang, kamu sudah selesai, Papa yang belum ....." Kalimat itu diucapkan Iwan berkali-kali. Ma'mun dirangkul Iwan. "Jagain Mas, jagain anak-anak Mas," kata Iwan, seakan-akan hendak mengatakan ia sendiri kurang menjaga anaknya dengan baik.

"Yos histeris, menangis ketika saya peluk. 'Aduh, anak saya sudah meninggal mendahului saya,'" kata Fidiana. Iwan tak banyak bicara, menunduk, menangis, dan hanya bilang "terima kasih" kepada tamu-tamu. "Kepada kita dia nggak ngomong sama sekali," kata Fidiana.

Galang dimakamkan di mana? Ada usul pemakaman Tanah Kusir dekat Bintaro. Iwan emosional, ingin memakamkan Galang di rumahnya. Bagaimana aturannya? Iwan pun memutuskan menelepon kyai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dari Nahdlatul Ulama. Saat itu Gus Dur belum jadi presiden Indonesia. Iwan menganggap Gus Dur "guru mengaji" yang terbuka, tempat orang bertanya. Gus Dur mengerti hukum Islam maupun hukum pemerintahan.

Gus Dur dalam telepon menjelaskan dalam aturan Islam diperbolehkan memakamkan jenazah di rumah. Pemakaman bergantung wasiat almarhum atau keinginan keluarga. Tapi di Jakarta tak bisa memakamkan orang di rumah sendiri karena keterbatasan lahan. "Di Jakarta nggak boleh ... kalau Bogor boleh."

Kata "Bogor" itu mengingatkan Iwan pada Leuwinanggung. Keluarga pun memutuskan Galang dimakamkan di Leuwinanggung.

Album

[sunting] Singel

[sunting] Single Hits yang dibawakan penyanyi lain

  • Maaf (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
  • Belailah (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
  • Trauma (dibawakan oleh God Bless) (1988)
  • Damai Yang Hilang (dibawakan oleh God Bless) (1988)
  • Orang Dalam Kaca (dibawakan oleh God Bless) (1988)
  • Pak Tua (dibawakan oleh grup band Elpamas) (1991)
  • Oh (dibawakan oleh Fajar Budiman) (1994)
  • Nyanyian laut ( dibawakan Nicky Astria )
  • Menangis (dibawakan oleh Franky S.)
  • Bunga Kehidupan (dibawakan oleh artis Musica)

[sunting] Album kompilasi

  • Tragedi
  • Banjo & Harmonika
  • Celoteh-celoteh
  • Celoteh-celoteh 2
  • Country
  • Tembang Cinta (1990)
  • Akustik
  • Akustik Ke-2 (1997)
  • Salam Reformasi (1998)
  • Salam Reformasi 2 (1999)
  • Prihatin (2000)

[sunting] Film

[sunting] Lagu yang tidak beredar

  • Demokrasi Nasi (1978)
  • Semar Mendem (1978)
  • Pola Sederhana (Anak Cendana) (1978)
  • Mbak Tini (1978)
  • Siti Sang Bidadari (1978)
  • Kisah Sapi Malam (1978)
  • Mince Makelar (1978)
  • Luka Lama (1984)
  • Anissa (1986)
  • Biarkan Indonesia Tanpa Koran (1986)
  • Oh Indonesia (1992)
  • Imelda Mardun (1992)
  • Maumere (1993)
  • Joned (1993)
  • Mesin Mesin Pembunuh (1994)
  • Suara Dari Jalanan (1996)
  • Demokrasi Otoriter (1996)
  • Pemandangan (1996)
  • Jambore Wisata (1996)
  • Aku Tak Punya Apa-Apa (1997)
  • Cerita Lama Tiananmen (1998)
  • Serdadu dan Kutil (1998)
  • 15 Juta (1998)
  • Mencari Kata Kata (1998)
  • Malam Sunyi (1999)
  • Sketsa Setan Yang Bisu (2000)
  • Indonesiaku (2001)
  • Kemarau (2003)
  • Lagu Sedih (2003)
  • Kembali Ke Masa Lalu (2003)
  • Harapan Tak Boleh Mati (2004)
  • Saat Minggu Masih Pagi (2004)
  • Repot Nasi / Sami Mawon (2005)
  • Hari Raya Bumi (2007)
  • Hari Raya Bumi (2007)
  • Berita Cuaca (2008)
  • Paman Zam
  • Kapal Bau Pesing
  • Makna Hidup Ini
  • Selamat Tinggal Ramadhan
  • Nyatakan Saja
  • Berputar Putar
  • Air dan Batu
  • Lagu Pegangan
  • Semut Api dan Cacing Kecil
  • Kata-Kata
  • Pukul Dua Malam
  • Penjara
  • Belatung
  • Nyanyian Sopir
  • Bunga Kayu di Beranda
  • Aku Bergelora
  • Suara Dari Jalanan

[sunting] Penghargaan

  1. Juara harapan Lomba Musik Humor (1979).
  2. Juara I Festival Musik Country (1980).
  3. Gold record, lagu Oemar Bakri, PT. Musica Studio's.
  4. Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT. Musica Studio's.
  5. Penghargaan prestasi artis HDX 1987 - 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.
  6. Penyanyi Pujaan, BASF, (1989).
  7. The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 - 1989.
  8. Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.
  9. Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia - 1999.
  10. Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange Between Korea and Indonesia, 25 September 1999.
  11. Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).
  12. Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII - 2000/2001.
  13. Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT. Musica Studio's - Juni 2002.
  14. 6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.
  15. 6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.
  16. Pemenang video klip terbaik edisi - Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I- 2002/2003.
  17. Penghargaan album In Collaboration with, angka penjualan diatas 150.000 unit, PT. Musica Studio's - Juni 2003.
  18. Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan diatas 450.000 unit, PT. Musica Studio's - November 2003.
  19. 7th AMI Award 2003, Legend Awards.
  20. 7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik.
  21. Penghargaan MTV Indonesia 2003, Most Favourite Male.
  22. SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with.
  23. SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.
  24. Anugrah Planet Muzik 2004.
  25. Generasi Biang Extra Joss - 2004.
  26. 8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.
  27. SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love.
  28. With The Compliment Of Metro TV.
  29. Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT. Gudang Garam Indonesia.
  30. Mendapatkan Talk Less Do More Award sebagai salah satu Class Music Heroes 2009.
  31. Lagunya bersama {Swami} yang berjudul [Bongkar] menerima penghargaan 150 lagu terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stone peringkat 1.
  32. Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia (2010)
SUMBER :
> QOMS - SEGER-HANA TUBAN
> Berbagai media.